Oleh: Hendra Hermawan, Ph.D.
Editorial Board Member di Scientific Reports (Nature) dan Journal of Orthopaedic Translation (Elsevier)
Mengapa harus publikasi? Karena hasil riset adalah ilmu pengetahuan dan kebaikan yang harus disebarluaskan. Publikasi (internasional) juga menjadi cara para akademisi dan peneliti untuk ikut mengharumkan nama bangsa dan negara. Meskipun tidak sepopuler lomba menyanyi atau balap mobil, tapi dalam publikasi ilmiah nama penulis, institusi dan negara akan terus eksis tercatat dalam peradaban manusia.
Lantas, bagaimana proses sebuah paper diterima oleh sebuah jurnal dan kemudian dipublikasikan? Mari kita lihat dari 4 pemain utama dalam dunia riset dan publikasi: (1) Author (penulis), (2) Editor (wasit atau penentu kebijakan sebuah jurnal: managing editor, editor-in-chief, associate editor), (3) Reviewer (penilai isi paper, umumnya seorang pakar yang pernah jadi author, sehingga disebut peer), (4) Publisher atau penerbit, badan usaha (laba atau nirlaba) yang mengelola jurnal, seperti Nature Publishing Group, Springer, Elsevier, dll.
Proses submission dan review umumnya dilakukan secara online. Seperti dapat dilihat pada Link.
Author menulis hasil riset dalam bentuk paper, baik hasil eksperimen/simulasi/studi lapangan (research paper) atau studi literatur (review paper). Setelah paper matang, author men-submitpapernya kepada jurnal yang ia pilih. Umumnya paper yang masuk, atau dalam tahapan ini sering disebut manuscript, akan dinilai awal oleh editor (Tahap-1) dan masuk ke peer review (Tahap-2), dimana editor memilih, mengundang dan meminta penilaian kepada beberapa reviewer independen.
Kemudian, reviewer memberikan hasil penilaiannya kepada editor dan editor membuat keputusan: menerima langsung tanpa revisi atau mengembalikan paper kepada author dengan meminta revisi, baik itu minor atau pun major.
Selanjutnya author melakukan revisi dan men-submit ulang papernya dan Tahap-2 pun berulang kembali. Ini bisa terjadi berkali-kali seperti yang pernah saya alami dengan empat kali revisi sebelum diterima oleh jurnal MSEC. Keputusan akhir dari proses ini adalah diterima atau ditolak.
Penolakan bisa terjadi sejak di Tahap-1, biasanya karena isi paper tidak sesuai dengan scope jurnal, atau di Tahap-2 baik tanpa kesempatan revisi atau setelah revisi. Proses review merupakan cara untuk menjaga agar hanya paper yang baik yang layak terbit dan nantinya dibaca khalayak ramai. Semakin baik sebuah jurnal semakin ketat proses review-nya. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya jumlah reviewer untuk satu paper dan kedalaman review-nya.
Gambar berikut memberikan ilustrasi tentang prosedur penerbitan paper di Journal of Orthopaedic Translation.

Proses review ini biasanya memakan waktu cukup lama, terutama di Tahap-2. Meskipun pihak editorial berusaha mempercepat misalnya dengan memohon reviewer untuk menilai dalam waktu reasonably cepat, dalam 14-21 hari untuk jurnal-jurnal Elsevier, namun patut diingat bahwa reviewer adalah volunteer yang tidak dibayar. Bahkan untuk secangkir kopi. Niat baik dan dedikasi terhadap ilmu pengetahuan lah yang menggerakan mereka, selain ada manfaat untuk kemajuan karier dan lainnya juga.
Untuk memberikan penilaian yang baik diperlukan waktu yang cukup untuk berkonsentrasi, setidaknya tiga jam penuh, dan tentunya bagi kebanyakan reviewer mencari tiga jam ini tidaklah mudah di tengah kesibukannya. Tak jarang mereka pun menggunakan waktu pribadinya seperti di tengah malam atau akhir minggu, dan kadang mengambil peruntukan waktu untuk keluarganya.[]
“Kita ucapkan terimakasih kepada mereka, yang bekerja tanpa pamrih secara anonim, dan kita ingatkan publisher untuk tidak mengeksploitasi ketulusan mereka demi bisnis semata”.
Sumber: Urang Cibaduyut (kompasiana.com)